Diskusi online yang diselenggarakan pada Minggu, 10 Mei 2020 berlangsung dari pukul 13.00 – 15.00 WIB. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan dari Himpunan Mahasiswa Program Studi Psikologi Islam di tengah pandemik Covid-19. Narasumber pada diskusi online ini yaitu Bapak Ahmad Saifuddin, M.Psi., PSIKOLOG. Dengan tema yang akan dibahas ialah “Problematika Pendidikan Dalam Masa Pandemi Covid-19”. Kegiatan diskusi online dibuka oleh Master Of Ceremony yaitu Siti Nurmauluddiana Putri (Pengurus HMPS PI Divisi PPSDM), kemudian akan di lanjutkan oleh moderator yaitu Miladdiyani Nur Hasanah (Pengurus HMPS PI Divisi Kominfo) untuk memulai sesi diskusi online. Berikut materi yang disampaikan oleh narasumber pada diskusi online ini :

COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus jenis baru yang ditemukan. Ini merupakan virus baru dan penyakit yang sebelumnya tidak dikenal sebelum terjadi wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare, Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun dan tetap merasa sehat. Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terjangkit COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung atau diabetes, punya kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius. Mereka yang mengalami demam, batuk dan kesulitan bernapas sebaiknya mencari pertolongan medis.

Penularan COVID-19 melalui percikan-percikan dari hidung atau mulut orang positif menderita COVID-19. Percikan tersebut bisa langsung mengenai benda-benda yang ada disekitar kemudian benda tersebut tersentuh orang lain, dan orang yang menyentuhnya kemudian memegang hidung, mata atau mulutnya singga akan bisa tertularkan. Kemudian bisa juga percikan tersebut langsung terhirup orang lain yang juga bisa membuat orang lain tertularkan. Sehingga yang bisa dilakukan yaitu mendekatkan diri pada Tuhan, menjaga kebersihan dan sering mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan menghindari keramaian, menggunakan masker, menjaga kesehatan tubuh dan mengkonsumsi makanan & minuman menyehatkan, hindari menyentuh bagian wajah. tetap tinggal di rumah, dukungan sosial. Dampak COVID-19 sangat besar yaitu bisa berdampak pada ekonomi, pendidikan, agama, dan juga politik.

Problematika Pendidikan Akibat Covid-19 ada banyak. Narasumber berupaya merangkum dari berbagai pengalaman mahasiswa dan siswa yang dilihat, baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu pertama, penyesuaian pembelajaran daring. Kedua, kebosanan karena anjuran untuk tetap tinggal dirumah saja, permasalahan teknologi seperti ketrbatasn sinyal, kapasitas gawai, serta juga kuota yang dikeluarkan untuk pembelajaran daring. Ketiga, ketidakpastian kondisi kapan pandemi ini akan berakhir. Keempat,  permasalahan pulang kampung atau tetap di kos yang dapat berdampak pada motivasi dan konsentrasi mahasiswa dalam belajar. Kelima, penelitian skripsi yang tertunda karena harus menjaga jarak, sehingga penelitian yang memerlukan tatap muka mengalamai penundaan. Keenam, tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang kurang disukai, Karen hal ini bisa menimbulkan beban psikologis. Ketujuh, hoaks dan berita bohong akan menyebabkan tambahan masalah bagi mahasiswa karena akan melahirkan sikap yang semakin tidak adaptif.

Solusi yang bisa kita tempuh dan wujudkan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Terdapat beberapa solusi yang bisa kita lakukan, yaitu pertama, menjamin ketersediaan akses bantuan. Kedua, bangun resiliensi yang mempunyai arti sebagai stamina emosional dan digunakan untuk menjelaskan orang yang menunjukkan keberanian dan kemampuan beradaptasi pada situasi hidup yang sulit. Ketiga, membangun dukungan sosial. Keempat, tingkatkan efikasi diri yaitu keyakinan individu bahwa dirinya mampu untuk menyelesaikan tugas, aktivitas, dan permasalahan. Kelima, menerapkan nilai kearifan lokal dan agama, hal ini akan membuat kita bersikap realistis, tidak mengeluh, dan tidak mengandai-andai. Keenam, membuat jadwal aktivitas yang bervariasi untuk mengatasi kebosanan selama harus dirumah. Ketujuh, meditasi dan afirmasi positif, meditasi dapat dilakukan untuk menghindarkan diri dari stress, dan afirmasi positif bisa dilakukan dengan membisikkan ke dalam diri bahwa diri mampu melewati permasalahan yang disebabkan Covid-19. Kedelapan, menetralisasi emosi negatif dengan menerapkan katarsis. Kesembilan, membangun komunikasi efektif. Kesepuluh, menata ulang penelitian, sehinga penelitian bisa dialihkan dengan mengubah strategi penelitiannya menjadi daring jika memungkinnkan. Kesebelas, menyaring berita agar dapat terhindar dari berita-berita yang berdampak pada semakin besarnya kecemasan dan stres yang melanda diri kita.

Ditulis oleh Risma Fameliya Wati (Divisi PPSDM)-HMPS PI 2020